Ikatan Keluarga Teknik Arsitektur (IATA) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berkolaborasi dengan Prodi Arsitektur gandeng Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Tengah dan IAI Surakarta menggelar seminar seri kedua dengan tema “Desain Arsitektur Berkelanjutan, Meresapi Kembali Lingkungan melalui Estetika”. Acara ini juga bekerja sama dengan Propan The Paint Specialist.
Dalam kesempatan itu, Ketua Prodi Arsitektur UMS Dr. Ir. Nur Rahmawati Syamsiah., S.T., M.T., mengapresiasi kegiatan IATA dengan menggelar Seminar Arsitektur. Acara ini juga melibatkan mahasiswa yang tergabung pada Keluarga Mahasiswa Teknik Arsitektur (KMTA).
“Peserta dalam seminar arsitektur ini dihadiri oleh total 250 peserta yang tergabung secara online melalui Zoom Meeting sebanyak 120 orang dan sisanya hadir secara luring di Hotel Megaland. Alhamdulillah antusiasnya peserta luar biasa baik secara online maupun offline,” paparnya.
Hal ini diperkuat oleh PJ Kegiatan dari Divisi Pengabdian Masyarakat IATA, Ar. Ayu Edhi S.W. ST., M.Ars. IAI., yang menyampaikan bahwa peserta seminar ini beragam dari berbagai daerah dan animonya semakin meningkat dari kegiatan sebelumnya.
Dalam sambutan Ketua IATA yang diwakili oleh Ar. Wiwin Prasasti Barada., S.T, M.T IAI., menyampaikan dan menekankan pentingnya Surat Tanda Registrasi Arsitek (STRA) bagi mahasiswa dan alumni.
“Kami berharap acara ini akan terus bisa kita lakukan karena penting sekali. Juga kami berpesan, penting untuk memiliki STRA bagi Mahasiswa dan alumni UMS yang nantinya akan menjadi arsitek berprofesi,” ujarnya Sabtu, (18/5) di Ruang Pacific 2 Hotel Megaland.
Dia juga mengatakan agar mahasiswa Arsitek UMS segera berkontak dengan IAI untuk bisa bergabung dan dapat mengetahui tahapan-tahapan untuk menjadi Arsitek Profesional.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua IAI Surakarta Ar. Yunanto Nugroho IAI., menyampaikan saat ini sedang gencar melakukan kolaborasi dengan perguruan tinggi.
“Kegiatan dengan perguruan tinggi saat ini memang sangat gencar dilakukan oleh IAI. Maka penting STRA ini bagi profesi arsitek. Tanpa ada STRA tidak bisa mengklaim diri kita sebagai seorang arsitek,” tegasnya.
Ketua IAI Surakarta berharap, lulusan Arsitektur diharapkan segera berproses untuk mencari STRA.
Seminar Arsitektur seri kedua ini menghadirkan narasumber Riangga Yudas, ST (Founder Studio Tanah) dan Afif Taftayani, ST (Founder Studio Tisane).
Pemaparan materi pertama yang disampaikan oleh Riangga Yudas ini membahas tentang Daur Ruang, di mana daur ruang ini dimaknai sebagai gagasan ekstensi daur ulang dalam diskursus arsitektural.
“Ruangan atau bangunan bisa dipakai kembali menjadi sesuatu yang tidak kalah dari membangun baru jika kita mengetahui strukturalnya dan plusnya kita bisa mengurangi natural resources, saving energy, mengurangi polusi dan membuat lapangan pekerjaan baru dalam industri lokal,” terang Yudas.
Menurutnya, perlu adanya transformasi untuk dapat membuat bangunan baru tanpa harus menghilangkan bangunan atau ruang yang sebelumnya.
Sedangkan narasumber kedua, Afif Taftayani, lebih memaparkan materi tentang manajemen Entrepreneur di bidang Arsitektur.
“Ketika ingin berwirausaha dalam bidang Arsitektur, maka bisa dimulai dari mengelola diri sendiri terlebih dahulu. Mengawali dengan belajar manajemen diri, memanajemen waktu, keuangan, memposisikan diri sebagai leader, kerjasama tim, mengontrol emosi dan belajar agama,” paparnya.
Afif juga menyampaikan perjalanan bisnis juga memperlihatkan hasil produk desain di bidang arsiteknya.