Transformasi Identitas Sungai Prestasi Mahasiswa: Prestasi Mahasiswa

Mahasiswa Arsitektur UMS mengukir prestasi di dalam sebuah Sayembara Desain yang diadakan pada 5 September 2016 lalu dengan tema ‘Transformasi Identitas Sungai Dulu, Kini, dan Nanti’. Tim Arsitektur UMS diwakili oleh dua mahasiswa: Handayani Ambar dan Bangkit Satria meraih Juara 1 dalam sayembara desain tersebut. Kompetisi tahunan dari UNS ini diikuti lebih dari 141 desain dari mahasiswa di seluruh Indonesia. Handayani dan Bangkit memilih lokasi sayembara sungai di Kabupaten Garut yang belum lama mengalami bencana banjir bandang tepatnya pada pertengahan bulan September 2016 hingga mengakibatkan korban jiwa di tujuh kecamatan. Mereka menekankan pada femonena menarik tentang bagaimana keadaan sungai secara umum saat ini bahwa kearifan lokal dan budaya menjaga sungai lambat laun makin memudar lantaran sifat tamak manusia untuk terus mengeksploitasi alam.

 

Desain yang diusulkan untuk sungai di Kabupaten Garut ini menjadi desain yang dipilih juri karena mampu menyajikan dua fokus wilayah sebagai penyelesaian kawasan sungai, yaitu wilayah hilir dan hulu. Desain tersebut tidak memilih mengolah tapak untuk dijadikan area komersial seperti yang kini telah menjamur di beberapa kota di Indonesia, melainkan mengembalikan jati diri sungai sebagai ibu sumber kehidupan. Pilot project di dua tapak dipilih, kemudian diintegrasikan antara hulu hingga ke hilir melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Hal yang menjadi berbeda dalam desain tersebut karena berani mengajak masyarakat pinggir sungai sebagai tokoh utama dalam penyelesaian pencemaran lingkungan sungai antara lain seperti memberikan peremajaan rumah warga yang rusak akibat banjir, memberikan program pembelajaran tentang pentingnya sungai, serta public space sebagai ruang audiensi dengan pemerintah. Desain menggunakan pendekatan arsitektural dengan bahan material bambu yang sederhana namun mampu diolah dengan teknologi tinggi dan rendah jejak karbon. Dampak penataan sungai yang diharapkan bukan sebatas wisata air atau semacamnya, karena itu bukan solusi utama dalam pengentasan kemiskinan dan pengetahuan masyarakat. Melainkan, tujuan utama dari penataan kawasan tepian sungai tersebut adalah untuk mengembalikan pemahaman kepedulian warga di sekitar sungai untuk menjadi tokoh utama pengendali keseimbangan lingkungan bagi anak cucu di masa mendatang.

 

Penulis: Handayani Ambar